Monday, December 16, 2013



Yakuza memiliki makna yg baik..?? pertanyaan itu mungkin sangat absurd. Akan tetapi seperti itulah yg terjadi. Di Jepang, kata “Yakuza” / “preman”, memiliki makna ganda.

Jika kita berjalan – jalan di daerah shinjuku, Tokyo. Biasanya terlihat ada seseorang yg berpenampilan necis, parlente dengan setelan jas mahal. Orangnya terlihat ramah dan santun. Itu adalah salah satu anggota Yakuza, atau Mafia jepang.


Shinjuku - Tokyo

Mafia atau apapun namanya, pada dasarnya adalah preman, karena mereka bekerja dengan kejahatan . Tapi tidak semua dan tidak selamanya Yakuza itu jahat. Mereka juga terkenal punya “track record baik”.

Yakuza memang sebuah paradoks . Keberadaan mereka di jepang tidak seperti sebuah kelompok rahasia. Semua warga jepang tau keberadaan Yakuza. Bahkan polisi dan politisi juga mengetahui eksistensi kelompok itu. Selama ini mereka seakan memiliki kode etik dalam persinggungannya .



Yakuza hidup dari pemerasan, judi, prostitusi , narkotika, penyelundupan, pencucian uang dan penyedia jasa layanan proteksi keamanan pada perusahaan2 konstruksi dan real estate, termasuk menyediakan jasa buruh dan detektif swasta . Mereka melakukan pekerjaan yg orang lain tidak akan mau melakukannya, yah in other words, semacam pekerjaan rendah, kotor dan berbahaya .



Meskipun hidup dalam dunia Underworld / dunia hitam, Yakuza juga terkenal sebagai kelompok sosial yg amazing.! Pada wakttu jepang diguncang gempa bumi bulan Maret 2011 lalu, peranan yakuza dalam membantu korban bencana sangat besar . Pada saat semua bantuan dari pemerintah maupun asing belum tiba, anggota yakuza sudah terlebih dulu turun ke lokasi bencana dan memberi bantuan kepada para korban .



Pada saat bantuan resmi dari pemerintah datangg, yakuza ikut membantu mengamankan agar tidak terjadi penjarahan dan kekacauan . Terkadang mereka juga membantu menyalurkan bantuan sampai ke daerah terpencil.

Hal yang mengejutkan juga adalah saat terjadi bencana dari reaktor Nuklir Fukushima di jepang . Yakuza ada di belakang upaya penyelamatan warga dan lebih hebat lagi mereka membantu mengendalikan radiasi di reaktor .



Tomohiko Suzuki, adalah seseorang yg baru saja mengungkapkan realita itu dalam buku terbarunya, “Yakuza and The Nuclear Industry”. Mungkin banyak dari kita yg tidak mengira kalau Yakuza ada kaitannya dengan industri nuklir jepang. Bahkan mereka rela mengorbankan hidup mereka saat terjadi krisis nuklir fukushima.

Tomohiko Suzuki:

 

Yakuza and The Nuclear Industry

Saat krisis nuklir fukushima mencapai titik kritis, banyak pekerja reaktor yg lari dan keluar dari lokasi. Penduduk di wilayah antara radius 20-30 kilometer juga sudah dievakuasi karena ancaman radiasi yg semakin berbahaya. Resiko pelelehan nuklir (nuclear meltdown) pada waktu itu sudah didepan mata . Untuk mencegah hal itu terjadi, beberapa pekerja harus tetap berada di tempat untuk mengatasi ledakan2 yg terus terjadi. Mereka terus menerus menyiram reaktor yg panas mendidih itu dengan air laut karena alat pendingin otomatisnya tidak berfungsi .

Paparan Radiasi nuklir saat itu terlepas ke udara dalam jumlah yg berbahaya, mereka yg terkena bisa saja mati pada saat itu juga atau mati perlahan dalam waktu puluhan tahun kedepan karena dampak radiasi . Itu tidak lebih dari sekedar sebuah pilihan.



Saat itu muncullah istilah “Fukushima Fifty” atau 50 orang yg berani mati dan terus bekerja selama 24 jam di fukushima. Suzuki menyebutkan bahwa diantara grup heroik tersebut beberapa anggotanya adalah anggota Yakuza.



Tentu saja suzuki tidak hanya asal bicara, dia melakukan serangkaian investigasi dan penyamaran di fukushima untuk memperolah data2 tentang angggota yakuza yg terlibat dalam penyelamatan itu. Menurutnya ada lebih dari 1000 anggota yakuza yg ikut serta mempertaruhkan nyawa dalam bencana itu.

Pekerjaan memadamkan reaktor pada waktu itu sangat mengerikan, di tengah ledakan2, para pekerja memiliki resiko 100% terpapar radiasi nuklir . Masker pengaman hanya bisa mengurangi resiko hingga 50% saja, seperti kita ketahui pancaran radioaktif Alfa, Beta dan Gamma Ray bisa menembus benda2 . Jadi sisanya pengaman mereka adalah baju khusus yg mereka pakai. Mereka juga diberikan alat pendeteksi / indikator untuk mengetahui seberapa banyak radiasi yg mengenai mereka dan akan berbunyi nyaring apabila level radiasi melewati batas normal. Namun kemudian alat itu dimatikan semuanya, karena bunyinya yg nyaring mengganggu upaya pemadaman yg mereka lakukan .



Pekerjaan berbahaya, beresiko hilangnya nyawa seperti itu tak banyak yg mau melakukan. Tetapi, yakuza di jepang mau mengirimkan anggotanya untuk mempertaruhkan nyawa. Saat krisis nuklir mencapai puncak, yakuza direkrut dari seluruh penjuru jepang. Mereka dibayar sekitar 50 ribu Yen (sekitar 5 juta rupiah) per hari, bahkan ada yg mencapai 200 ribu Yen . Tapi siapa yg mau menyerahkan nyawa demi uang seperti itu..?

Kenyataannya tetap tak mudah mencari orang yg mau mengorbankan nyawanya . Tentu saja banyak karyawan reaktor yg berdedikasi dan rela mengorbankan nyawanya tanpa dibayar. Tetapi jumlah mereka sangat sangat kurang dibandingkan dengan krisis yg dihadapi .

Seorang pejabat Fukushima sampai mengatakan “Bring us the living dead. People no one will miss”. Mereka mencari mayat hidup, orang yg tak memiliki siapa2 lagi sehingga rela mati, dan itu adalah para anggota Yakuza .

Sebelum Suzuki, Anton Kusters, seorang fotografer juga menerbitkan buku fotografinya yg berjudul “Odo Yakuza Tokyo”. Selama 2 tahun, Anton masuk ke dalam keluarga yakuza dan mengabadikan momen2 mereka. Tentu saja semua yg dia lakukan atas izin dari pihak Yakuza tersebut.

anton kusters

Buku anton menampilkan sisi lain dari Yakuza, mulai dari etika, budaya, persaudaraan, hingga peranan mereka dalam ekonomi jepang. Semuanya ditampilkan dengan mengangkat sisi Humanis yakuza. Bahwa Yakuza juga manusia .

Odo Yakuza Tokyo:



Buku2 seperti yg diterbitkan Suzuki dan Anton sempat menuai perdebatan dan kritik di jepang. Buku tersebut dianggap menampilkan sisi baik dan kemanusiaan Yakuza, di tengah upaya pemerintah jepang memerangi mereka.

Yakuza, pada kenyataannya tetaplah sebuah kelompok preman yg melakukan kejahatan2. Kasus pembunuhan, penyelundupan, dan baku tembak didepan umum masih terjadi dan meresahkan masyarakat jepang . Pemerintah jepang secara terang-terangan mengumumkan perang terhadap Yakuza. Pihak kepolisian jepang bahkan telah mengusulkan ke parlemen undang-undang yg isinya memberangus sindikat kejahatan .



Beberapa pimpinan yakuza pun satu per satu mulai berhasil ditangkap oleh kepolisian jepang. Pimpinan nomor satu dan dua dari kelompok Yamaguchi-gumi, sindikat yakuza terbesar di jepang yg ber-markas di Kobe, juga telah tertangkap pada th 2010 lalu. Kelompok Yamaguchi-gumi diperkirakan memiliki anggota sekitar 35 ribu orang di seluruh jepang. Posisi mereka kini diawasi ketat oleh aparat yg berwajib di jepang.


Upaya memerangi Yakuza juga didukung oleh Amerika Serikat . Pada 23 februari 2012 lalu, pihak kementrian keuangan AS membekukan semua rekening yg terkait dengan Yakuza, terutama dari kelompok Yamaguchi-gumi. Mereka diindikasikan terlibat penjualan narkotika, prostitusi dan pencucian uang. AS membekukan pula aset orang nomor satu Yamaguchi-gumi, Don Kenichi Shinoda alias Shinobu Tsukasa (The godfather of Yakuza) beserta orang nomor duanya Kiyoshi Takayama .

Kehidupan Yakuza diperkirakan untuk kedepannya akan semakin sulit karena pihak aparat terus menerus memburu mereka . Saat ini Yakuza sudah dilarang terlibat di setiap proyek konstruksi. Perusahaan yg ketahuan memiliki koneksi dengan Yakuza akan dikenai sanksi yg berat . Selain itu beberapa public figure yg terbukti punya hubungan dengan Yakuza juga dikecam bahkan tidak sedikit yg dipecat dari pekerjaannya .



Para petingggi asosiasi Sumo jepang juga dipaksa mengundurkan diri karena memiliki hubungan dengan Yakuza. Beberapa pesumo peringkat tinggi jepang,salah satunya “yokozuna” juga telah mengundurkan diri karena memiliki hubungan dengan yakuza. Seorang penyiar TV juga dipecat karena ada keterkaitan dgn Yakuza. Beberapa media massa menyebutkan tahun ini akan menjadi tahun yang menakutkan (annus horribilis) bagi Yakuza..

Yakuza, memang disatu sisi mereka adalah “sampah” masyarakat . Keberadaannya memang harus terus menerus diperangi agar ketentraman dan keamanan dalam masyarakat bisa tercapai . Akan tetapi Yakuza juga merupakan sebuah paradoks .



Kata Suzuki, “Yakuza mungkin sampah masyarakat, tapi mereka tidak menghancurkan kehidupan ribuan penduduk jepang dengan segala keserakahan dan ketidakkompetenan mereka”.
my opinion:
Kalo menurut ane pribadi sih :
maybe we can call them...Evil, but Unfortunately.. They're Necessary Evil.

Sumber: "YAKUZA & THE NUCLEAR INDUSTRY" by TOMOHIKO SUZUKI
"ODO YAKUZA TOKYO" - BOOK 2. by ANTON KUSTERS

TS: Third.Reich

0 comments:

Post a Comment